BAD BEHAVIOUR 
-

Sebut saja dia Mika, dari kemarin ia terlihat berkeliaran di sekolah ini. Wajahnya ganteng dan, penampilanya keren, em mungkin dia juga orang kaya.
“hey, zel. Si mika itu murid baru disini ya?” Tanya Lica.
“em, iya. Dia murid baru kelas IX-2,”
“ohh, thanks infonya ya hazel.”
Seraya membalas senyum dari Lica, Hazel pun pergi. Tak lama kemudian Reni pun datang menghampiri Lica.
“yuk kekantin sist” ucap Reni sambil tertawa.
“dih alay deh. Yukk” ajak Lica.
Sesampainya dikantin Lica bertemu dengan anak baru itu, Mica. Dia terlihat akrab dengan teman-temanya. Lica tak henti-hentinya memandangi Mika, seperti ada rasa penasaran dan- mungkin ingin tau aja. Ketika bel berbunyi, ia langsung pergi ke kelas, dan saat itu juga ia merasa ada yang memandangnya. “kayaknya ada yang ngliatin gue deh? Siapa ya? Ah paling gue ke-geeran aja” gumamnya dalam hati.
“Karena ini tahun ajaran baru, kalian harus mengisi  kertas ini ya, walaupun kalian kelas 9 kalian masih bisa mengikuti ekstrakulikuler sampai akhir semester 1 nanti” Bu Resta berusaha menjelaskan serdetail-nya agar para siswa tau.
“em, bingung nih ikut ekstrakulikuler apa, lo ikut apa Li?” gumam Reni pada Lica.
 “gue juga masih bingung sih, tapi kayaknya gue ikut basket sama seni rupa aja deh” jawab Lica tegas.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi, hari menjadi semakin mendung dan gelap. Lica pulang kerumah dengan membawa satu tas penuh bukunya. Sampai pada akhirnya, ada seorang yang menghapirinya.
“Hai, anak SMP Bakti Mandiri juga ya?” tanya seseorang itu, yang ternyata adalah Mika, murid baru itu.
“Eh, em, iya.” Jawabnya Lica dengan terbata-bata.
“Kenalin, aku Mika. Baru pindah dari Riau. Rumah kita kebetulan searah ya?”
“oh, aku Lica. Iya,” jawab Lica singkat
Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang, tidak ada yang berkata-kata sedikitpun. Baik Lica ataupun Mika. Dan langkah Mika pun terhenti pada rumah megah nan mewah no. 5B.
“aku duluan ya, kapan-kapan kalo pulang bareng lagi, hihi. Dahh” sahut mika sambil tertawa kecil.
“eh  iya,” jawab Lica sambil melayangkan senyum manisnya.
---
Hari-hari pun berlalu, terlihat mereka berdua semakin akrab satu sama lain.
“eh Ren, lo tau nggak? Gue akhir-akhir ini sering pulang bareng si itu looh,” Lica berkata seraya tersenyum
“itu siapa? Murid baru?” Tanya Reni dengan raut muka kebingungan
“emm, iya tuh bener. Haha” jawab Lica dengan tertawa lirih di kelas.
Setelah itu, sebuah spidol pun meluncur ke meja mereka berdua.
“Reni,Lica! Kalian ngapain dari tadi. Bukanya mendengarkan apa yang saya bicarakan malahan ngobrol sendiri yang nggak jelas.!” Ucap bu Resta dengan nada ketus.
“eh iya bu. Maaf abis si Lica ngajak saya ngobrol si bu” jawab Reni dengan wajah memelas.
Pelajaran pun berlanjut, sampai bel pulang berbunyi. Saat itu juga Lica baru ingat apa yang dikatakan Mika kemarin, ia berkata bahwa besok ia mengajak Lica bertemu di kafe sebelah sekolah.
“eh, Mik? Udah lama nunggu ya? Maaf tdi ada urusan sedikit, he-“ ucap Lica dengan wajah berseri-seri
“em ya nggak apa apa kok. Yuk masuk” jawab Mika
Beberapa jam berlalu, mereka terlihat sangat asyik mengobrol dengan ditemani es fruit milk di meja. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, bersama.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Mika memulai pembicaraan,
“Li, besok kan minggu ya? Main gih kerumahku. Sambil belajar kelompok,-?” ajak Mika.
“wah boleh juga tuh Mik,” jawab Lica bersemangat.
Saat itu Lica tak sadar, bahwa ada sebuah bahaya yang tersembunyi dibalik itu semua. Mika- seorang yang ramah,santun, baik, dan tentunya penyayang, ternyata adalah seorang yang mengidap suatu gangguan. Sampai pada akhirnya..
----
Lica turun dari sepedanya dan menatap rumah yang didepanya itu. Seraya menekan tombol bel, ia melihat sekeliling. “rumahnya kok sepi ya?” gumamnya dalam hati.
“eh Li, yuk masuk” ajak Mika
Tanpa basa-basi, Lica pun langsung masuk ke dalam rumah Mika. Dan sejuta pertanyaan terbersit dalam benaknya, rasa aneh dan penasaran, sekaligus- takut.
“kamu dirumah sama siapa Mik?” Tanya Lica
“aku dirumah sama orang tua aku si, juga sama kakaku, trus juga ada mbak” jawab Mika
“em kok rumahmu sepi gini ya? Eh, maaf aku Tanya terus”
“Kebetulan orangtua ku lagi dinas ke luar kota, trus kakaku lagi kuliah di luar negri, kebetulan juga mbak lagi nggak berangkat,” jawab mika dengan terbata-bata
“ooh, maaf ya aku agak nggak sopan”
Perlahan Lica pun mulai menyadari, ada sesuatu yang aneh dan ganjil disini. Mika berubah, bukan seperti orang yang biasa Lica kenal. Dan pada suatu waktu, Mika mengajaknya ke sebuah ruangan, yang hitam dan pengap.
“Mik kita mau kemana?” Tanya Lica dengan tatapan ketakutan
“udah, tenang aja. Kamu itu santapan berikutnya.” Jawab Mika dengan tatapan sinis
“Maksud kamu? Kamu itu siapa? Kamu bukan Mika kan?” Tanya Lica dengan wajah ketakutan
“hahaha”
Terdengar tawa Mika menggelegar. Ia sangat puas saat ia dapat mangsa, -yang tak lain adalah sahabatnya sendiri,Lica.
Hari itu juga, dan di ruangan itu juga, Mika mulai menghabisi dan menyayat satu persatu bagian tubuh Lica, tanpa ada kesan memelas ataupun sedih.
-


TAMAT

Komentar

Posting Komentar