How to Expressing Our Feeling?
Menjalani kehidupan di awal 20-an menjadi fase ter-roller coaster dalam kehidupan. Banyak hal baru yang baru dipelajari di usia-usia ini, bahkan tanpa sempat dipersiapkan sebelumnya. Ngga jarang, kejutan-kejutan itu yang melatih diri kita biar lebih agile dan adaptive di kondisi yang uncertain ini. Banyak hal baru yang dialami, kadang pengalaman yang begitu runyam dan menyedihkan, tapi kadang juga pengalaman yang begitu membahagiakan dan sekaligus membingungkan.
This, my own perspective after fighting with up and down circumstances in life..
Our Feeling
Setiap manusia hidup didunia pasti memiliki suatu perasaan yang berasal dari dalam dirinya, dari lubuk hatinya. Penggambaran perasaan lazimnya disebut dengan emosi, baik emosi yang muncul secara positif atau negatif. Emosi muncul atas respon otomatis diri manusia terhadap situasi eksternal, termasuk lingkungan, kondisi sosial, dan hubungan interpersonal. Seperti ketika kita berada di lingkungan terbuka hijau yang sejuk, kita cenderung merasa perasaan positif, bahagia, nyaman, senang.
Emosi muncul tidak serta merta berasal dari respon terhadap situasi tertentu saja. Karena emosi berasal dari proses panjang dalam perkembangan hidup manusia, termasuk dari pengalaman, interaksi dengan manusia lain, kehidupan sosial seseorang, dan kesehatan mental dari seseorang. Hal-hal tersebut memengaruhi bagaimana pembentukan emosi seseorang dan kecenderungan manusia dalam mengekspresikan dirinya.
Emosi dapat bermacam-macam bentuk, tergantung pada situasi dan kondisi apa yang sedang dihadapi. Sebagai contoh, emosi positif dapat berupa perasaan senang, gembira, dan bahagia. Emosi negatif dapat berupa marah, sedih, cemas, kecewa. Emosi kognitif, rasa ingin tahu, ingin belajar, dan keraguan.
Memahami apa itu emosi menjadi hal penting, selain dapat mengenali apa yang sedang dirasakan, kita juga harus pandai memvalidasi perasaan agar tidak ada perasaan terpendam yang mengarah pada stres dan depresi.
Validating Our Feeling
Semua hal yang kita rasakan adalah valid. Sebagai manusia biasa, kita berhak untuk merasa marah, senang, sedih, kecewa, sakit hati, bingung, ragu, dan beragam perasaan lain. Karena hal tersebut adalah wajar, dan hampir dialami oleh semua manusia biasa di bumi ini. Segalanya lebih baik dirasakan, tanpa dipendam dalam hati, karena emosi yang terpendam semakin lama dapat membuat stres berlebihan.
Tak jarang ketika marah, kita dianggap terlalu arogan dan emosional, padahal hal tersebut merupakan salah satu coping mechanism seseorang dalam mengekspresikan perasaannya. Namun, tetap ingat bahwa kita hidup di masyarakat yang memiliki nilai-nilai dan norma, sehingga kita tetap harus mengetahui batasan-batasan untuk menghormati norma tersebut.
Seperti ketika bertemu pengendara nakal di jalanan, jika kita langsung mengeluarkan emosi marah di jalan, justru dapat memicu keributan yang berujung pada kemacetan jalanan. Sehingga lebih baik emosi tersebut disimpan dan cukup divalidasi oleh diri sendiri saja.
Memang menjadi tanggung jawab diri sendiri ketika kita berusaha memvalidasi perasaan dari diri kita. Bukan menjadi tanggung jawab orang lain untuk terus menerus memperhatikan diri kita sepenuhnya. Maka dari itu, memvalidasi perasaan diri menjadi penting untuk dilakukan oleh diri sendiri.
Expressing Feeling through Broken Heart
Barangkali menjadi hal yang menyulitkan ketika patah hati, seolah-olah dunia runtuh tanpa sebab. Apalagi bagi orang yang tidak terbiasa mengalami patah hati dalam percintaan, bertahun tahun dunianya sangat berwarna hingga sekarang harus sendirian menjalani broken heart era.
Awalnya memang sulit mengekspresikan perasaan patah hati, barangkali memang diri kita masih merasa sulit untuk beranjak dari kenangan lalu karena begitu shock menjalani realita. Sehingga coping strategy dari tubuh adalah denial. Masih menolak kenyataan dan terjebak pada hal yang sudah berlalu. Fase ini, akan sulit mengutarakan apa yang dirasakan karena masih mencoba mencari pembenaran dari kondisi yang tidak nyaman ini.
Setelah lama waktu berjalan, akhirnya mulai beranjak ke realita dengan mengekspresikan segala perasaan. Ingat, semua perasaan kita adalah valid. Jadi, segala macam perasaan marah, kecewa, menyesal, sedih itu valid saja untuk diutarakan. Justru itu hal yang membuat kita lebih 'ikhlas' untuk melepaskan dan release semua perasaan yang sulit.
Journaling to Express our Feeling
Memang mengutarakan segala perasaan itu adalah hal yang valid dan diperbolehkan, tapi jangan sampai kita salah tempat dalam meluapkan semua hal tersebut. Misal, dengan berbicara berjam-jam kepada teman tentang keluhan kita akan hidup, seringkali justru membuat mereka muak dan memberi pengaruh negatif. Atau marah-marah di jalanan sampai terbersit untuk suicide saking merasa marah dan kecewa? Jangan melakukan hal demikian. Sebagai manusia yang menjalani fase dewasa awal, kita harus belajar lebih bijaksana dalam menempatkan beragam perasaan-perasaan.
Yes, we need medium to expressing our felling. Journaling dengan menggambar atau menulis dapat membantu kita dalam menyampaikan beragam pemikiran dan perasaan. Tulislah semua apa yang kamu rasakan, atau gambarlah beragam emosi dalam dirimu. It's help a lot! Bahkan untuk sekarang, aku terbiasa menulis di buku journal ku, tentang beragam emosi, perasaan, kesedihan, hal yang menyenangkan, atau pengalaman yang buruk. Hal tersebut membantu dalam melepaskan beragam emosi yang tertinggal di hati.
How about you? Tentunya cara coping setiap orang beda-beda ya! It's okayy and that's totally okay karena setiap manusia tentu punya perasaan, cara merespon perasaan, dan meluapkan perasaan dengan cara berbeda-beda yaa!
Don't forget to love yourself <3
Komentar
Posting Komentar