Share with Story #10: Kemerdekaan melalui Pendidikan

Dunia telah memasuki masa modern dalam revolusi industri 4.0 dengan ide digitalisasi di segala hal. Teknologi semakin canggih dan adanya artifisial intellegence, dengan dunia yang demikian, apakah perkembangan teknologi sudah sejalan dengan perkembangan manusia? 


Kenyataan yang terjadi dalam dunia serba canggih ini adalah, belum semua manusia dapat mengaktualisasi dirinya dan mendapatkan hak serta kebebasan untuk hidup dengan layak. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana kualitas sumber daya manusia yang menjadi inti dalam pertumbuhan suatu bangsa. Kunci dari semua itu adalah PENDIDIKAN, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni, pendidikan memiliki peran penting dalam memajukan suatu bangsa. 

Tapi, sejauh mana pendidikan telah merata dan menjadi hal yang bebas diakses oleh semua manusia di bumi? Tentunya tidak semudah demikian, masih banyak opresi dan keterbatasan dalam pendidikan. Bahkan dalam pelaksanaanya, terlalu banyak strata dalam pendidikan itu sendiri. Kualitas dari pendidikan di sekolah swasta dengan harga selangit tentu tidak dapat dibandingkan dengan kualitas pendidikan sekolah negeri yang gratis. Meskipun gratis sekalipun, masih terdapat segelintir masyrakat yang sama sekali tidak tersentuh pendidikan. Padahal pendidikan adalah hak seluruh warga negara. 

Pendidikan Kaum Tertindas 

Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan dari Brazil dengan bukunya berjudul Pendidikan Kaum Tertindas, menceritakan bagaimana pendidikan dapat mengubah nasib orang-orang kaum tertindas agar dapat memerdekakan dirinya atas para kaum penindas. 

Konsep dasar dari buku ini adalah bagaimana kaum tertindas dapat menjadi sadar dan melakukan perubahan untuk mencapai kemerdekaan dirinya melalui pendidikan sebagai medium untuk penyadaran diri dan perubahan. Karena penindasan dari manusia (penindas) ke manusia lain (tertindas) adalah bentuk dehumanisasi yang membatasi manusia mencapai kebebasan dirinya, menghilangkan esensi seseorang menjadi manusia dengan dominasi kaum penindas yang menganggap dirinya lebih superior dari segala makhluk di dunia ini. Pendidikan menjadi alat untuk memunculkan kesadaran dan mengembalikan esensi manusia melalui huminasisasi, dengan memberi pengertian, penyadaran, dan perubahan yang revolusioner. 

Secara jelas, Freire juga memberikan kritik mengenai banking model, yaitu metode pendidikan yang satu arah dengan guru sebagai orang yang 'maha tahu' dan tidak dapat terbantah. Murid hanya menjadi penerima materi tanpa diberikan ruang untuk bertanya ataupun membantah apa yang telah disampaikan guru. Hal tersebut dipandang sebagai sesuatu yang membatasi siswa untuk dapat berpikir lebih kritis dan revolusioner melalui kegiatan dialog. Karena dialog adalah inti dari pendidikan yang membebaskan, kebebasan siswa untuk menyuarakan apa yang mereka pikirkan, ide yang digagas, dan suara-suara pembawa perubahan melalui revolusi. 

Revolusi adalah Jalan Pembebasan - Paulo Freire 

 

Kontekstualisasi Pendidikan yang Membebaskan 

Saya berkesempatan melakukan penilitian pada suatu komunitas yang memberikan pendidikan gratis kepada anak pemulung. Sekolah tersebut telah berdiri 17 tahun lamanya dan membina anak-anak yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang baik karena masalah biaya ataupun administrasi. 
Dalam kondisi demikian, bahkan sampai 2024, masih banyak anak yang tidak bersekolah dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan struktural yang tidak berujung. Dengan idealisme yang ditanamkan, komunitas ini percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk merubah nasib mereka menjadi lebih baik. minimal dengan mereka tidak lagi menjadi pemulung dan nantinya memiliki pemahaman intelektual sebagai bekal menjalani kehidupan saat ini. 

Absenya Pemerintah pada Kaum Marjinal
Adanya komunitas dari CSOs atau Civil Society Organization menjadi bukti akan absenya pemerintah dalam memberikan pendidikan secara adil dan merata kepada semua orang. Administrasi dan biaya menjadi penghalang utama yang menyurutkan keinginan orang orang marjinal untuk bersekolah. Sulitnya akses tersebut menjadikan mereka menganggap bahwa pendidikan adalah hal yang tidak perlu, sehingga anak mereka kembali menjadi pemulung. 
Pendidikan yang membebaskan dan memberikan pintu seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat, tidak terbatas pada usia, administrasi, ataupun biaya, menjadi hal yang diperlukan sebagai upaya untuk mencerdaskan masyarakat secara adil dan merata. 

Pendidikan sebagai bagian dari Kebutuhan Dasar
Dengan kondisi demikian, tentunya perlu dipahami bahwa pendidikan seharusnya menjadi bagian dari kebutuhan dasar, seperti layaknya makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan tubuh, pendidikan juga sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan intelektual. Penyuaraan dan dorongan untuk pendidikan tentunya perlu dilakukan, melalui sosialisasi, pemahaman, dan penyerapan siswa agar dapat bersekolah dengan layak. 
Perlu kerja sama dari berbagai stakeholder untuk memberikan pemahaman yang baik terkait dengan pendidikan sebagai kebutuhan yang sangat mendasar bagi semua orang. 


Seberapa penting Pendidikan untuk Kaum Tertindas?

Pendidikan menjadi hal yang sangat penting, kaum tertindas pada konteks ini bukan hanya mereka yang terjajah oleh penjajah kolonial, tetapi juga mereka yang tertindas oleh modernisasi saat ini, liberalisme, konsumersime, dan modernisme yang menjadikan mereka takluk dan tertindas oleh teknologi. Perkembangan tiktok dan sosial media lainnya memberikan banyak pengaruh yang besar dan menjadikan manusia terjajah oleh teknologi secara tidak langsung. 
Pendidikan sebagai sesuatu yang mencerdaskan, menjadikan mereka tidak lagi tertindas oleh modernisasi, tetapi dapat memanfaatkan modernisasi sebagai alat untuk mencapai kemajuan dirinya dan hidupnya. Untuk menjadi manusia yang bebas dan memiliki hak seluas-luasnya dengan tetap berpikir secara kritis, sehingga mampu mencapai aktualisasi diri. 

education is freedom - Paulo Freire


Nov/ in nov 2024 - pada masa menyusun skripsi 

Komentar