Share with Story #15: Journey to Find My Self

Diri adalah bagian penting yang menyatukan jiwa dan raga secara bersamaan, eksistensinya divalidasi oleh beragam identitas yang dikonstruksi secara individual maupun sosial. Simbol untuk merepresentasikan diri dengan berbagai nama, julukan, atau representasi menjadi bagian untuk menunjukan seorang individu pada dunia, tapi, dalam inner self, sudahkah kita mengenal diri kita sendiri? 

Bisakah jati diri kita ditentukan oleh Sorting Hat? 

*sorting hat adalah bagian untuk menentukan identitas diri, tapi bukan untuk menentukan siapa diri kita sesungguhnya~

Hakikat Mengenal Diri Sendiri

Dalam kehidupan yang serba luas ini, setiap individu disibukan dalam dunia yang berputar-putar dalam kehidupanya sendiri sampai tidak ada waktu menjelajah setiap dunia masing-masing individu lainnya. Bicara tentang mengenal diri sendiri yang menjadi proses panjang tanpa berhenti sepanjang kehidupan manusia, selagi masih berada dalam jiwa dan raga yang tetap di dunia. Mengenal diri sendiri tidak hanya menjadi medium 'menjelajah diri' tetapi juga menjadi sarana aktualisasi diri. Dapat dikatakan demikian karena dengan mengetahui apa yang dimiliki dan dibutuhkan oleh diri, kita dapat mengisi celah celah tersembunyi dan mengubahnya menjadi suatu hal yang lebih besar. 
Secara sederhana, pengenalan akan diri sendiri membantu kita mengetahui apa yang sebenarnya diri kita butuhkan. Meskipun konsepsi akan jiwa dan raga merupakan kesatuan dalam diri, tidak jarang orang-orang hidup dengan memisahkan keduanya di waktu yang sama, yang merujuk pada beragam fantasi ataupun kelemahan yang menjadikan manusia tidak menyadari eksistensinya di dunia. 
Menyadari akan sesuatu yang tidak dimiliki, yang dimiliki, yang dibutuhkan, yang harus dibuang, dan yang menjadi ancaman, menjadi bagian tak terpisahkan dari proses mengenal diri manusia. Tujuan nyata dari proses ini adalah menciptakan kehidupan individu yang sehat mental dan jasmani secara simultan. Meskipun tidak menyangkal akan adanya sesuatu diluar kendali manusia yang berputar di semesta.

Keniscayaan

Ketidakmampuan individu untuk memahami dirinya sendiri dapat berimplikasi pada munculnya fantasi yang menganggap dirinya luar biasa dalam mimpinya, atau justru menjadikan dirinya hina karena tidak memiliki keberanian untuk melangkah. Kondisi itu disebut gangguan mental skizofrenia dan depresif menurut Kierkegaard, dimana individu tidak mampu mengenali diri sehingga mengabaikan keniscayaan dari dalam dirinya, ia berusaha menciptakan mekanisme untuk menyenangkan dirinya dengan beragam fantasi yang jauh dari kenyataan. Seperti dituliskan Kierkegaard: 
Yang kurang sebenarnya adalah kekuatan untuk menuruti apa yang niscaya di dalam dirinya, yaitu apa yang bisa disebut keterbatasanya. Oleh sebab itu, kemalanganya bukan terletak pada fakta bahwa diri itu tidak menjadi atau mencapai sesuatu di dalam dunia, bukan, kemalanganya adalah bahwa orang tersebut tidak menjadi sadar tentang dirinya sendiri, sadar bahwa dia adalah diri, bahwa dia adalah sesuatu yang sepenuhnya tertentu, dan karena itu niscaya. Sebaliknya, dia kehilangan dirinya, karena fakta bahwa dirinya secara fantastik diproyeksikan di dalam hal-hal yang mungkin.. *Kierkegaard, dikutip dari Buku The Denial of Death

Dalam kondisi tersebut, keniscayaan atau pemahaman akan realitas dan hal-hal yang tetap dalam kehidupan - termasuk hal-hal yang sulit dikontrol oleh diri - menjadi suatu hal yang penting. Asumsinya, dengan memahami dan mengetahui kelemahan diri, manusia dapat merumuskan 'area of improvement' yang berguna untuk pengembangan diri sesuai dengan apa yang telah ia miliki sesuai dengan kapasitasnya. Dengan itu, manusia mampu mengendalikan dirinya dengan menarik diri pada realitas yang nyata, tidak hidup dalam angan-angan dan fantasi, ataupun berusaha mereplikasi dirinya pada orang lain. Ujung dari adanya perbaikan diri adalah, menemukan 'jati diri', sebagai nilai dan landasan dalam menjalani kehidupan, yang menjadikan individu memiliki keyakinan akan dirinya dan mencapai aktualisasi diri secara sehat mental dan fisik. 


How to Find My Self

Setelah berputar dengan teori yang perlu berulang dipahami, secara praktikal tidak ada teori wajib diikuti kaidahnya. Jawabanya hanyalah di diri sendiri, tidak ada yang lebih mengenal diri manusia selain dirinya sendiri. Secara sederhana, setiap manusia telah sibuk di dunianya masing-masing, sehingga tanggung jawab kita ada pada mengatur diri kita sendiri. Seperti yang kita tau, dalam menjalani hidup, terdapat hal yang dapat dikendalikan dan hal-hal yang tidak dapat dikendalikan. 
You're not the center of the universe~

Journaling

Mengenal diri sendiri dapat dilakukan dengan berbagai hal, sesederhana menuangkan pikiran kedalam kegiatan Journaling dan menuliskan berbagai pemikiran untuk menemukan 'siapa diri kita', Seringkali banyak pikiran yang tidak mudah disederhanakan, dengan menuliskanya dalam bentuk jurnal, dapat membantu kita menemukan keniscayaan dalam diri. Media journaling tidak hanya berupa tulisan, tetapi juga bisa gambar, semua cara bisa dilakukan dan biasanya bertujuan untuk menemukan inti dari pembahasan. Kita bisa menggunakan 'journal prompt' yang berisi pertanyaan untuk mengeksplorasi diri.

Find Experience

Mengumpulkan database pengalaman sepanjang hidup juga dapat membantu untuk menemukan diri sendiri. Seringkali memahami diri tidak bisa dilakukan hanya dengan merenung sepanjang hari, kita mungkin perlu untuk banyak mendapat pengalaman baru dalam hidup, mengunjungi banyak tempat baru, berkenalan dengan orang-orang baru, yang semua itu dapat digunakan sebagai preferensi untuk mengenali diri. Dalam hal ini, bedakan preferensi dan replikasi, kita tidak bertujuan untuk membentuk diri seperti orang lain, tapi menemukan bagaimana diri kita ketika berada di kerumunan orang lain.
Seperti halnya ketika kita mencoba untuk mengenal diri kita secara sosial, kita perlu mengetahui pola interaksi dan komunikasi diri kita, selanjutnya dapat menjadi acuan evaluasi dan perbaikan diri secara konstruktif. 


That's the end of this text, this time i try to retell about something that i've read from the book 'The Denial of Death', with reading this article again, maybe it'll help me in the future. 

©Novita 2025

Komentar