Learn from experience.
Lesson Learned:
Sumatra menyimpan banyak cerita yang berbeda di setiap ujung wilayahnya. April lalu, aku mendapat kesempatan luar biasa untuk mengunjungi tanah Minangkabau, tepatnya di Padang. Perjalanan dua jam penerbangan dari Jawa dengan kondisi cuaca yang cukup tidak bersahabat, terbayar sudah dengan melihat keindahan-Nya dalam portait pandangan manusia. Perjalanan kali ini menyisakan banyak kenangan baik, dan tentunya pembelajaran dalam hidup.
Chapter 1.
Flight pagi dari Jawa menuju Sumatra diawali dengan pagi yang mendung, semalaman hujan sangat deras. Tapi sepagi ini masih bisa melihat matahari terbit di hamparan awan tebal. Sesampainya di perairan Padang, pemandanganya begitu bagus, hamparan pulau-pulau kecil di laut Sumatra dan rangkaian pegunungan Bukit Barisan begitu memanjakan mata. Kami tiba di Minangkabau International Airport sekitar pukul 8 pagi, flight pagi ini lebih cepat dari seharusnya.
Chapter 2.
Setibanya di Padang, perjalanan dilanjutkan ke Padang Panjang. Jalanan Sumatra begitu berkelok, tapi sangat indah! Keberangkatan kami melewati air terjun Lembah Anai yang berlokasi persis disamping jalan. Memang ajaib, jalanan dibuat persis dibawah air terjun dan disisi aliran sungai. Katanya, sungai disini pernah banjir dan meluap sampai merusak jalan, agak seram dan berbahaya jika hujan lebat. Stay safe~
Padang Panjang adalah kota kecil yang berlokasi 2 jam dari Padang. Kota ini lebih terlihat hidup dan ramai seperti kota kebanyakan. Uniknya, di Padang Panjang ada sekolah yang menjadi SMA Cagar Budaya. Setelah aku baca, sekolah ini dulunya adalah Sekolah Guru atau Noormal School yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di tahun 1918. Jadi, bangunan ini adalah salah satu bangunan peninggalan kolonial.
Chapter 3. Menuju Tanah Datar
Perjalanan berikutnya dilanjutkan menuju Tanah Datar dengan tujuan Istana Pagaruyung. Objek wisata Istana Pagaruyung ini menyajikan replika Istana Kerajaan Pagaruyung, bentuk istana merupakan replika, karena istana asli yang berlokasi di bukit telah dibakar habis sewaktu Perang Padri, dan setelah direvitalisasi kembali terbakar karena sambaran petir.
Bagian dalam istana ini terdiri dari 3 lantai, dengan lantai pertama difungsikan sebagai tempat tinggal bagi keluarga, dan ada dapur dibelakang. Lantai kedua sebagai tempat tinggal Putri Kerajaan, dan lantai 3 sebagai tempat penyimpanan barang berharga. Di depan istana terdapat Rangkiak, yaitu dua buah gudang penyimpanan untuk menyimpan bahan makanan seperti beras dan sumber makanan lainnya.
Gambaran rumah Gadang menyajikan kemewahan dan keistimewaan, dimana adat istiadat sangat dijunjung tinggi dan melembaga dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.
Chapter 4. Bukitinggi
Berjalan menuju Bukittinggi dengan jarak tempuh 2 jam dari Tanah Datar. Tata kota di Bukitinggi terlihat lebih rapi dan beraturan, jika dilihat sekilas, mirip dengan Bandung. Hal itu tidak lepas dari pengaruh kolonial Belanda yang membangun kota Bukitinggi. Di sini, masih banyak bangunan bernuansa kolonial yang dialihfungsikan.
Jam Gadang adalah ikon menarik kota Bukitinggi yang menjadi destinasi wisata masyarakat, the best view ketika sore hari menjelang malam. Cahaya lampu jam gadang dan pemandangan gunung Marapi, menambah keindahan dari view of jam gadang!
Chapter 5. Masakan Padang!
Rendang menjadi andalan di masakan Padang pada umumnya. Tapi aku jumpai banyak makanan super enak di tanah Minang ini! Rasanya walaupun pedas tapi sangat nyaman dimakan. Biasanya restoran atau rumah makan Padang disini disebut Ampera, yang disajikan dengan lauk berjejer di meja panjang. Hampir setiap hari yang dimakan adalah masakan Padang, favoritku adalah Pangek Ikan, yaitu ikan yang diimasak dengan kuah santan.
Tapi jangan kaget, sekali makan berempat disini bisa sampai 200 ribu di rumah makan biasanya, karena memang dihitung berdasar lauk dan nasi, tapi sangat worth it untuk makan masakan Minang di tempat asal!
Selain masakan Padang yang dihidangkan khusus di meja, banyak makanan lainnya yang wajib dicoba. Dasar dari masakan di Padang yang pasti adalah santan. Satu masakan yang enak dan menarik adalah Katupek Pitalah, katupek adalah ketupat khas Padang yang disiram dengan sayur nangka dan rebung yang dimasak dengan santan dan dimakan dengan kerupuk pitalah atau kerupuk ubi.
Rendang Rajo-Rajo, oleh-oleh rendang khas Padang dan menyajikan ampera untuk makan di tempat. Rendang ini terkenal di Padang, jika beruntung, kita bisa sambil melihat pembuatan rendang yang dimasak berjam-jam di kuali dengan tungku yang super besar. Satu kilogram rendang memiliki harga 350.000. Kalau untuk oleh-oleh, kita bisa request untuk dipacking lebih safety. Selain rendang, mereka juga menjual dendeng ikan, agak berbeda tetapi konsepnya adalah daging ikan yang berbumbu dan dikeringkan. Yum!
Chapter 6. Flight to JKT: Mencicip Kopi Solok Radjo
Setiap mengunjungi bandara, jika ada kopi lokal memang wajib dibeli sih!
Di Minangkabau Airport, ada booth kopi Solok Radjo yang menjual minuman kopi, dan biji kopi asli dari Solok. Aku coba yang varian kopi susu gula aren, perfectly blend! Kopinya enak sekali~
Solok Radjo ini adalah kopi lokal dari petani kopi di Solok, yang diinisiasi oleh koperasi lokal dari petani kopi. Harganya terjangkau untuk minuman di bandara, hanya 30.000/cup.
1. Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung. Bertamu ke daerah orang haruslah kita mengikuti segala aturan adat istiadat lokal. Tetap menghargai dan mengikuti kaidah yang ada.
2. Adat istiadat yang kuat dan melembaga menjadi fondasi dalam membangun masyarakat.
3. Bersikap sopan dan santun terhadap masyarakat lokal.
4. Hindari kebiasaan tidak sopan, seperti makan sambil berdiri dijalan.
5. Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Apapun tetap disandarkan pada Kitabullah (Quran).
Get ready to next journey...!
©Novita 2025
Komentar
Posting Komentar