A Short Poem #3: Kalah Kekalahan

Kekalahan.

Pagi berjalan muram dengan luluh lantah bencana dalam hati
Sewaktu waktu penyesalan tiada lain dan bukan menjejali hidup 
Pantaskah pantas? Merasa pada jiwa milik orang lain
Pisah raga dan pisah hati, jadi pilihan yang bukan lagi solusi 

Kala itu, 
Sesalku menyatakan hal hal bodoh 
Aku tidak tahu 
Segala hal berakhir untukku jiwa yang ceroboh 

Jika bisa tidak bertemu
Aku pilih tidak ingin pernah mau tau 
Jika bisa tidak mengenal
Aku pilih hidup kita tak pernah bersinggungan 

Sengaja kuharamkan diriku menyentuh hati dalam pilu 
Kubangun pagar tinggi menjulang tiada ragu 
Tak kuharapkan ada cahaya diri-mu yang hadir dalam rindu 
Kupaksakan meskipun hatiku terlalu rapuh terima untuk tau

Catatan.

Depok, bulan kesembilan 
Menuju akhir tahun selalu menyisakan banyak refleksi kehidupan yang gontai menyuruh aku untuk memilih 
Akankah melanjutkan hidup seperti demikian atau berubah bentuk menuju yang lain 
Masalahnya banyak yang harus aku pikir, tapi ketidakamanan dalam hati dan perasaan membuatku lebih lemah 

Aku benci menjadi lemah. 
Bahkan aku benci fakta bahwa, aku lemah. 

Perasaan layaknya air mengalir, bagiku begitu. Aku hanya mengikuti arah dan arus, tanpa tau apa sebenarnya yang aku suka dan aku inginkan. 
Bahkan aku tidak mengerti karena semuanya muncul begitu tiba-tiba tanpa alasan. 
Kusimpulkan semuanya ternyata karena 'aku kesepian'

Namun bagaimana mungkin kesepian yang teramat dalam membuatku lebih rentan 
Seharusnya aku tau dan paham betul semua hal akan menimbulkan banyak konsekuensi
Hari ini ternyata, memang betul menimbulkan banyak kekacauan
Sudah berapa lama rasa perasaan tidak jelas ini muncul menimbulkan keresahan dan rasa salah teramat dalam
Semakin aku lupakan, semakin dia muncul dan meresahkan


Cerita Pendek. 

'Kebodohan macam apa ini?' kataku terhadap diri sendiri sejak lari sore itu, berpendar perasaan yang salah dan terkutuk. Sore berlalu cepat menjelma malam yang sunyi, meninggalkanku sendiri dalam kesendirian yang teramat. 
Setiap kesalahan pasti pernah dialami oleh manusia-manusia, tapi mengapa kesalahan ini terasa teramat mendalam? Bahkan diriku tak sudi menerima bentuk bentuk rasa ini. 'Pun jika boleh merubah waktu, aku akan kembali ke masa lalu dan merubah jalan hidup kita agar tidak pernah bertemu' kataku pada diriku sendiri sambil berandai dan buntu. Jujur aku tidak bisa memahami apapun, situasi ini begitu runyam. 
Aku dengan kesepianku dan keresahan diriku, datang dipertemukan dengan orang yang sama sekali tidak bisa aku ratapi hatinya. Aku dengan diriku yang mencoba sekuat tenaga menahan suka dan kerinduan pada orang yang salah, sembari berdoa pada Tuhan 'Tolong, hilangkan saja rasa-perasaan ini, Tuhan'.

Jika bisa kembali pada masa yang lalu.
-Aku memilih tidak pernah mengenal dan ingin mengenal.
-Biarlah aku menjadi orang yang terlihat jahat dan angkuh asal tidak membuat orang lain terluka.
-Aku mengutuk diriku yang gagal menjaga diri sendiri.

Simpulan. 

Sekembalinya pada hari-hari yang lain, di bulan kesembilan. 
Semakin yakin dan sadar, apa yang dilakukan memang salah. Aku memang jadi tempat dari segala salah. Rasa dan empatiku memang salah. Terjebak dalam hubungan pertemanan ini pun juga salah. 

Permohonan Maaf Amat Teramat dalam. 
Jika maaf tidak bisa membantu pun, izinkan aku menghilang.
'Semoga garis antara kita tidak akan pernah bersinggungan' 




Komentar